Dear...

As simple as You created this world.
As meangingful as full as the happines can be.
As Light as feather taken by winds.

Writer

My photo
Bandung, West Java, Indonesia
I want everyone in Indoesia have the luxury of reading. Watching the world from a book.

Friday, October 31, 2008

Ja Tomodachi


Seperti yang sudah-sudah. Kamu selalu ada kan tiap kita bersenang2 bahkan menerima marah dengan bicak. Terimakasih untuk mau selalu mengerti dan melindungi...

Ah, lagi-lagi. Selamat jalan sahabat...

No Goodbye, but see you latter

Tuesday, October 28, 2008

Uang dan Bahagia

Baru saja ditayangkan di Televisi. Seorang lelaki berumur 44 tahun menikahi seorang gadis (saya lebih suka menyebutnya anak), berumur 12 tahun. Nikah muda? Menikah kemudaan tepatnya. Dalih sang lelaki bahwa si gadis akan dijadikan ahli managemen yang akan memimpin kerajaan perusahaannya, diyakinkan dengan rumahnya yang dibuat seperti showroom dengan banyak mobil mewah. Meyakinkan.

Lalu berbondong-bondong orang mengecam si lelaki. Ada yang bilang dia paedophilia, ada pula yang mengatakan dia mengexploitasi. Si lelaki hanya santai menjawab, ya tanyakan saja dengan orangtua. Orang tua si gadis menyatakan, lelaki itu adalah lelaki yang tepat. Semua yang menjawab tentu saja, laki-laki. dan si gadis yang katanya diseleksi dengan seleksi yang ketat untuk menjadi istri muda tidak menampakan batang hidungnya. Mungkin masih gagap menyatakan pendapatnya. Tidak juga diperlihatkan ibu dari si gadis. Mungkin sang ibu pun tidak ingin menjelaskan apapun mengenai itu semua.

Uang bukanlah Tuhan. Seperti sebuah kalimat dari puisi di sudut surat kabar. Uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Begitu kata gadis-gadis manis di sinetron televisi. Tapi kenyataannya, di media manapun. Kehidupan yang bahagia selalu dilukiskan dengan rumah mewah, mobil mewah, dan halaman yang luas. Hanya sekali kehidupan keluarga bahagia dilukiskan dalam hidup yang pas-pasan. Iya, di sinetron keluarga cemara. itu pun masih penuh penderitaan karena tidak punya uang. Keluarga lengkap tidak akan cukup kalau tidak ada uang. Itu pesan yang tersirat dimanapun.

Lalu ketika sekarang dimana-mana orang sudah berjalan-jalan menjinjing Blackberry dan Ipod di sakunya, kita baru meributkan kalau cinta tidak bisa ditukar dengan segepok uang dan materi.

Coba kita tanya pada gadis-gadis di gubuk-gubuk samping jalan tol. Maukah dia menikah dengan lelaki sesosok Tao Ming Tse yang kaya untuk kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya.

Uang bukanlah Tuhan. Tapi hari ini, uang adalah alat ukur resmi kebahagiaan.


Friday, October 24, 2008

Peluk.

Dan kini ku berharap ku dimengerti
Walau sekali saja pelukku - peluk, dewi lestari feat aqi alexa

Mungkin kata-kata ini yang berusaha disampaikannya dalam kata-kata yang terbata-bata kepada saya. Yang saat itu sudah bercelana jeans, dan kaos putih denada dengan wedges putih. Ini yang ingin dia sampaikan ketika sarapan usai dan dia berusaha terbata-bata berkata. Saya hanya memeluknya di kursi roda yang telah memenjarakan pikiran dan jiwanya selama 2 tahun terakhir. Saya memeluknya cukup lama sambil mengucapkan beberapa kata. Dia tetap terbata-bata membahasakan huruf bibir yang tidak saya mengerti. Saya tahu, menyakitkan untuknya berada di situ. Terpenjara-terkuring dari keinginan dan intelektualnya. Sayapun merasa sakit melihatnya seperti itu.

Tiada yang tersembunyi
Tak perlu mengingkari
Rasa sakitmu
Rasa sakitku
- peluk, dewi lestari feat aqi alexa

Dan saya tidak menyadari, itulah pelukan terakhir saya padanya. Tidak banyak yang bisa saya ceritakan mengenai sosok dia. Perempuan penuh inspirasi yang menyisakan banyak hal. Mewariskan banyak kenangan untuk saya ingat. Seseorang yang tidak menampakan kegagalan sebagai seorang nenek, kelelahan seorang ibu, dan kegigihian seorang perawat. Terlebih lagi, seorang istri yang akhirnya mencukupkan diri untuk hidup dari kenangan akan suami yang kutahu sangat dicintai, seorang anak yang kutahu sangat dekat di hati.

Banyak kata yang tidak sempat saya ucapkan, ribuan terimakasih dan kata sayang yang tidak sempat saya sampaikan. Walau tidak mungkin saya hanya berharap bisa terangkum dalam pelukan kemarin pagi. Walau tidak dapat mengobati, tapi saya merasa dia melepaskan sayadan sebaliknya, dia juga meminta saya melepaskan dia. Seluruh jiwanya.

Tiada yang terobati
Di dalam peluk ini
Tapi rasakan semua
Sebelum kau kulepas selamanya
- peluk, dewi lestari feat aqi alexa

Saya merasakan Meredith Gray Moment selama beberapa hari ini. Terbangun dengan baju basah oleh keringat dan merasa sesuatu tidak benar. Merasa ingin diam di tempat tidur sampai perasaan ini menghilang. Merasa langit tewaktu-waktu akan runtuh. Dan saya ingin ada di tempat tidur saya saat itu terjadi. Dan inilah jawabannya, inilah genderang yang terus-terusan bertalu. Insting yang saya takuti.

Saatnya saya melepas dia selamanya. Karena tidak ada yang membuat saya lebih bahagia daripada melihat dia tenang-bebas. Melihatnya menemukan kebenaran yang membebaskannya. Karena dia tidak akan menderita lagi.

Lepaskanku segenap jiwamu
Tanpa harus ku berdusta
Karena kaulah satu yang kusayang
Dan tak layak kau didera
- peluk, dewi lestari feat aqi alexa

Sampai jumpa disana, opung!

Tuesday, October 21, 2008

Benci

Saya pernah sekali membenci seseorang, mencari tiap sudut kesalahannya. Mencari tiap celah untuk dicaci, tapi taukah kamu, lama-lama saya mulai menjadi orang yang saya benci itu.

Secara tidak sadar, saya mulai berubah. Makin lama, saya makin mirip dia. Dan ketika saya menghentikan perasaan benci saya padanya, saya mulei kembali menjadi diri saya sendiri.

Benci.

Tapi ketika saya tahu, apa yang akan terjadi pada orang sejenis itu. Saya hanya tertawa miris. Saya tidak ingin menjadikan angin sepoi terlihat menjadi badai dalam hidup saya. Angin semilir harusnya cocok untuk menemani tidur siang saya yang menyenangkan.

Diakui atau tidak, kamu membutuhkan saya. Dan akan ada saatnya, saya akan menikmati melihat kamu menutup mulut kamu, menyesali yang telah terjadi. Dan saat itu, saya hanya kana tertawa terbahak-bahak.

Deal.

Saturday, October 18, 2008

Saya dan teman-teman mengobrol saya

Semenjak dahulu kala, saya punya masalah dengan kepercayaan. Dan saya lebih percaya pada diri saya sendiri, makanya saya-atau pikiran saya menciptakan beberapa orang yang bisa saya ajak berbicara sebelum tidur. Sejauh ini saya memang hanya memiliki 2 orang teman mengobrol yang selalu bisa membuat saya lega, bahkan terpingkal-pingkal dalam membahas sesuatu.

Yang pertama, namanya Julia. Julia yang bijaksana dan selalu berhasil membuat bibir saya berhenti bicara dan memamerkan senyum. Dia yang menyadarkan saya, bahwa saya ada di posisi yang harus meu mengerti orang lain, entah itu menyakitkan atau tidak.

Yang kedua namanya Ophelia. Dia yang menyalakan amarah di harti saya ketika melihat hal-hal yang menyakitkan dan menyebalkan. Dia juga yang sering memberikan alasan rasional dan ide-ide pintar untuk membalas orang yang menyakiti saya.

Akhir-akhir ini saya punya teman baru, Namanya Lamey. Dia saya sebut begitu karena sumbangan piirannya yang benar-benar lame dan shallow. Saya benci dia, walau begitu-dia punya pemikiran realistis yang kadang tidak saya punyai.

Menyenangkan berbagi cerita bersama mereka. Melegakan, karena mereka akan menjaga rahasia saya dengan aman. Lain kali saya ceritakan lagi ya cerita-cerita dari mereka. Sekarang saya mau mengobrol dulu.

Talking to them remind me,
I still have my inner-evil.
But it remind me too,
I still being the great-myself one.

Saya dan teman-teman mengobrol saya

Semenjak dahulu kala, saya punya masalah dengan kepercayaan. Dan saya lebih percaya pada diri saya sendiri, makanya saya-atau pikiran saya menciptakan beberapa orang yang bisa saya ajak berbicara sebelum tidur. Sejauh ini saya memang hanya memiliki 2 orang teman mengobrol yang selalu bisa membuat saya lega, bahkan terpingkal-pingkal dalam membahas sesuatu.

Yang pertama, namanya Julia. Julia yang bijaksana dan selalu berhasil membuat bibir saya berhenti bicara dan memamerkan senyum. Dia yang menyadarkan saya, bahwa saya ada di posisi yang harus meu mengerti orang lain, entah itu menyakitkan atau tidak.

Yang kedua namanya Ophelia. Dia yang menyalakan amarah di harti saya ketika melihat hal-hal yang menyakitkan dan menyebalkan. Dia juga yang sering memberikan alasan rasional dan ide-ide pintar untuk membalas orang yang menyakiti saya.

Akhir-akhir ini saya punya teman baru, Namanya Lamey. Dia saya sebut begitu karena sumbangan piirannya yang benar-benar lame dan shallow. Saya benci dia, walau begitu-dia punya pemikiran realistis yang kadang tidak saya punyai.

Menyenangkan berbagi cerita bersama mereka. Melegakan, karena mereka akan menjaga rahasia saya dengan aman. Lain kali saya ceritakan lagi ya cerita-cerita dari mereka. Sekarang saya mau mengobrol dulu.

Talking to them remind me,
I still have my inner-evil.
But it remind me too,
I still being the great-myself one.

Thursday, October 16, 2008

Konser.

Abis baca blognya eric tentang konsernya MSP. Dan gue juga baca blognya adrie subono tentang itu. Hmm... Rasanya seperti bernostalgia ke 6-8 Tahun yang lalu. Ketika mengumpulkan petisi mengenali Larc en Ciel. Dan sampai hari ini ngga ada tanggapan pasti dan entah kenapa 8 tahun berlalu seperti mematahkan semangat saya untuk terus mengusahakan itu.

Impian saya, dan saya yakin banyak sekali orang yang ingin menonton Larc en Ciel di Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari gosip tentang riders yang ngga biasa, hingga macem2 yang ngga biasa bikin Promotor manapun jiper. Belum lagi karena ridernya ngga biasa harga tiketnyapun bakal mahal se mahal tiket konser F4 (WTF...). Mungkin udah ada lebih dari 100 petisi yang jumlahnya lebih dari 50.000 per petisi untuk konser ini. Tapi ngga pernah ada yang mewujudkannya. Dan lambat laun semangat Le Cielers seperti saya pun mulai layu.

Masih impian saya untuk menonton Hyde, Tetsu, Ken, dan Yuki di atas panggung. Tapi saya pun tahu diri untuk tidak terlalu muluk berharap bisa menyaksikan konser dengan full enternain khas laruku (maksud gue dengan panggung berbentuk buah apel berwarna putih yang dibuka ketika konser dimulai atau, punk en ciel didalam konsernya atau kemegahan sekelas Grand Cross). Untuk saya Larc enciel di Sub MArine Connecticutt saja sudah cukup membuat saya terpukau dengan sound dan panggung yang tidak terlalu luas.

YAh mungkin semua itu hanya mimpi. Saya hanya bernostalgia sesaat ketika membaca eric yang sedang mengusahakan konser MSP.

sigh.

Wednesday, October 15, 2008

Saya akhirnya tahu, Dia tidak diam.

Selama ini saya selalu menuntut, mencari.
Mencari Dia si Mahasegala dengan penuh amarah dan kesal.

Pernah sekali-kali saya berseru keras-keras padanya,

Hei, Kamu. Apakah Kamu buta melihat rasa hati saya yang lama-kelamaan menjadi tawar karena terlalu banyak terluka. Apakah Kamu tidak menjalankan prinsip keseimbanganMu padaku. Aku yang setitik ini, mengapa dengan mudah Kamu lupakan.

Ternyata selama ini saya salah menilai. Dia berkali-kali menjawab, Nanti dulu.

Tapi tidak saya gubris, tidak saya dengarkan. Saya langusng menyimpulkan, Dia melupakan saya. Padahal seperti seorang Ayah yang sayang kepada anaknya, itu yang dia lakukan. Seperti menyuruh anaknya sabar menunggu segelas susu untuk mendingin sebelum dia minum, walau si anak tetap berkeras ingin susu, walau si ayah memintanya bersabar. Pada akhirnya si Anak pun mendapatkan segelas susu kesukaannya dan meminumnya dengan tenang.

Saya tahu-bahkan sudah lama tahu, kalau Kamu tidak diam. Kamu berkali-kali bertindak. Saya yang lupa berterimakasih.

Thank you dear God....

Tuesday, October 14, 2008

Less is More

Less is More
Less Talk
Less Meet
Just Less...

Maybe, Less is better. Maybe, Less is more. Maybe just maybe, you are better without me.

Monday, October 13, 2008

Take a shot!

Terkadang, hidup punya berbagai cara untuk menjawab berbagai pertanyaan.

Bahkan pertanyaan klise kenapa-gini-kenapa-gitu pun dijawabnya dengan berbagai jawaban yang cukup mengenyangkan dan memuaskan. Tergantung dari berbagai sudut kita memandangnya.

Mungkin seperti cerita seseorang tentang ibunya yang suka ngomong sesuka hatinya pada anaknya. Ketika ibunya menyuruh dia pergi dari rumah-walau sudah seringkali sang ibu berkata begitu, mungkin itu adalah salah satu cara bagaimana hidup menjawab pertanyaan, mengapa ibuku selalu seperti itu. Mengapa tidak mengikuti apa keinginannya dan pergi dari rumah? Supaya si ibu tahu, kalau anaknya sudah dewasa, dan punya nyali untuk pergi walau bukan itu jalan terbaik hingga akhirnya dia mau merubah kebiasaannya.

Why dont you take a shot?

Saturday, October 11, 2008

I treasure things that I cannot buy with money.

Kenyataan berkali-kali mengajarkan pada saya, kalau banyak hal di dunia ini yang tidak pernah bisa saya beli dengan uang. Walau saya mengangap uang adalah kebahagiaan, karena realitynya kita perlu uang untuk membeli apa yang kita inginkan. Tapi uang bukanlah Tuhan untuk saya.

Jujur, saya sangat menghargai hal-hal yang tidak bisa disentuh oleh uang. Seperti, kepercayaan, respect, dan rasa hormat. Beberapa hari yang lalu, ayah saya memarahi saya karena saya meminjamkan buku usang yang dia dapatkan entah dari siapa ke seorang yang dekat dengan saya. Saya berkali-kali bilang, saya percaya orang dekat saya akan mengembalikan buku itu aman dan terjamin. Karena ayah saya selalu mengizinkan saya meminjam buku miliknya.

"Beda, Ka. Kalo papah minjemin ke kamu karena memang papah percaya sm kamu. Karena kamu bukan orang lain."

saya menyanggah.

"Buat aku kan dia bukan orang lain."

"TApi buat papah dia orang lain yang belom bisa papah percaya."

Saya tidak bisa menjawab lagi karena di point itu, saya mengerti saya salah. Ayah saya sudah mempercayakan buku untuk dijaga, lalu saya meminjamkannya pada orang yang menurut ayah saya orang lain. Saya melalaikan kepercayaannya. Lalu kondisi berubah, ternyata orang dekat yang saya pinjamkan buku ayah saya, meminjamkan buku itu ke orang lain-orang yang dekat dengan dia tapi orang lain untuk saya. Dan barulah saya merasakan, apa yang ayah saya rasakan. Menghargai kepercayaan orang lain terdengar simple, tapi melaksanakannya tidak sepraktis yang saya kira.

Jadi saya minta maaf pada orang yang tadi pagi kena omelan saya. Karena saya dan keluarga saya menghargai hal-hal yang tidak bisa kami beli dengan uang, yang tidak bisa kami perbaiki dengan uang. Itu alasannya, mengapa saya tidak suka sembunyi2 dari orangtua saya. Karena saya yakin, seburuk2nya rupa kebenaran itu, keluarga saya sudah terbiasa menerima wujud kebenaran yang buruk itu bukan dengan amarah tapi dengan pengertian. KArena itu, saya memilih untuk tidak berbohong pada mereka.

Sing a song for me...

Dari kiki nihhhh... jadi latah pengen ikutan juga...

7 lagu yang sekarang senang sekali aku denger :
1. Curhat buat Sahabat - Dewi Lestari
Ini seperti curhat gue tidap kali gue berdoa ke diri gue sendiri deh. Tiap gue nangis kayanya tanpa sadar gue cuhat kaya gini, makanya pas pertama kali denger langsung suka sekali...

My Fave Live :
Dan usai tangis ini, aku akan berjanji

Untuk diam, duduk di tempatku
Menanti seorang yang biasa saja
Segelas air di tangannya, kala kuterbaring… sakit
Menentang malam, tanpa bimbang lagi
Demi satu dewi yang telah bermimpi
Dan berbisik: “Selamat tidur, tak perlu bermimpi
bersamaku…”

Wahai Tuhan, jangan bilang lagi itu terlalu tinggi…

What a phrase...


2. Buka Mata, HAti, Telinga - Maliq n D essentials
Lagu ini gue denger pas gue mau putus dengan pacar gue. Memang menyadarkan sekali, kalo masih banyak yang lebih penting, dari sekedar kata cinta. Dan emang kadang yang kita pengen bukan selalu yang kita butuh... lagu ini menguatkan sekali...

Sambil bersenandung :
Buka mata hati telinga, sesungguhnya masih ada yang lebih penting
Dari sekedar kata cintaaa...

3.Warwick Avenue - Duffy
Buat gue yang kadang bilang kalo gue sakit dan sedih aja suka gengsi. LAgu ini cukup menekankan kalo gue memang ngga perlu nangis kalo gue sakit. cukup bilang,

Baby Youve hurt me, You dont love me...

4. Honey Beat - V6
Lagu ini selalu bisa bikin gue senyum... percaya atau ngga...

Waratte!!!!

5. Dear God - AX7
Yah, kadang-kadang ketika kita merindukan apa yang sudah kita tinggalkan. Kita hanya perlu bernyanyi...

Coz Im lonely and Im tired, and Im missing you again...

6. Melee - Build to last
Ini lagu cinta gue, owkay... hahahahhahahahah

Coz you are the sun in my universe..

7. Labels or Love - Fergie
Ini lagu yang bakal gue nyanyiin keras-keras buat orang orang yang bisanya cuman bikin gue sakit kepala. hehehhe... I dont need to wait for love... hear me...

Ill just buy a bag and get over it...

Your turn, now... Yes, you!

Thursday, October 09, 2008

Mengalah pada keadaan.

Akhirnya saya mengalah pada keadaan. Mengalah pada situasi yang tidak ingin saya lalui. Tapi sepertinya akan saya lalui.

Ah...

Pernahkah saya mengalah pada situasi? Sekali kali, tidak pernah. Saya selalu membuat keputusan berdasarkan apa yang saya inginkan. Tapi akhir-akhir ini, saya memaksa diri saya menerima semua yang tidak berlabel saya.

Ternyata mengalah itu lebih sulit daripada memenangkan sesuatu. Dalam kalah saya sendiri harus menang dalam pergumulan dengan diri saya sendiri. Mungkin kompromi adalah jalan yang paling tepat. Pasrah adalah sikap yang harus saya ambil.

Sekali-kali boleh saja kan saya menyebrang dengan perahu, selama ini saya selalu berenang dan berhasil. Bukan berarti dengan perahu tidak akan berhasil....

Monday, October 06, 2008

Bring it on!

Mungkin saya sudah salah menilai kamu-kalian semua. Ketika saya mencoba berhadapan sebagai dua orang dewasa-saya dan sekumpulan orang dewasa, saya menyadari sekarang kamu-kalian, bukanlah sekumpulan orang-orang dengan IQ dan EQ yang seimbang.

I dont wanna say it, but you all make me... you all are SHALLOW people.

Allrite, saya bukan orang yang paling jujur di dunia ini-yet paling suci. Tapi yang jelas, saya tidak akan membicarakan hal-hal yang diharapkan sudah pasti padahal belum, seperti kamu. Saya tidak mencoba berpikir maju paahal kenyataannya saya memang kuno untuk beberapa hal. Saya tidak seperti kamu.

Yeah, saya bukan orang yang akan menikah di umur 21 tahun karena permintaan orangtua saya. Tapi surely, saya selalu membuat mereka bahagia dan bangga karena saya selalu berkata terus terang pada mereka. sehingga mereka tidak akan salah menilai saya-anaknya. Guess what? Saya juga masih punya beberapa teman dan sahabat yang bisa saya ajak bicara tanpa khawatir membicarakan saya di belakang punggung saya. At least, orang tua saya tidak menyebarkan keburukan saya, seperti siapa ya... hahahahah kamu mungkin?

And, you know what? Saya bukan orang yang sudak melakukan semuanya setengah hati. Saya dididik oleh orangtua saya supaya berani mengahapi resiko. Jadi ketika saya mau kabur dari rumah, saya akan menghadapi resikonya. Saya tidak akan kembali ke rumah itu apapun yang terjadi diluar apapun ancamannya. Saya mungkin akan meninggalkan alamat saya jika saya keluar dari rumah. Tapi mungkin kamu tidak punya nyali yang cukup. Hanya bisa membuat gertak sambal kecap-tidak pedas.

Kalian semua, saya tau kalian tidak menyukai saya. seperti saya tidak menyukai daging bebek. dimasak dengan gaya apapun dan semahal apapun, rasanya tetap tidak bisa saya sukai. Tapi, saya akan memakannya dengan expresi yang lahap bila ibu saya memasak itu untuk saya. Itu namanya menghargai...

OMG, saya rasa... kalian tidak akan pernah mengerti arti menghargai orang lain. Pilihan orang terdekat saja masih sulit diterima bukan? You all are late 1000 years from me. Gossiping itu memang menyenangkan, tapi pernah berpikir ngga kalo orang yang harusnya kalian sayang (saya tidak tahu apakah kalian mengenal kata itu dengan artinya), akan terluka karena itu. tapi rasanya kalian kan munfik-munaroh ya bow. ngga bisa ngerasain kaya gitu.

SO BACK OFF!

Thursday, October 02, 2008

Ketika kamu alasanku untuk tetap tinggal.

Salahkah aku untuk putus asa karena selalu terbentur pada keadaan.
Salahkah aku jika aku ingin berhenti berusaha-ingin berhenti.
Salahkah aku bila akhirnya keputusanku menjadi egois.
Salahkah aku jika alasanku untuk tetap tinggal adalah kamu.