Dear...

As simple as You created this world.
As meangingful as full as the happines can be.
As Light as feather taken by winds.

Writer

My photo
Bandung, West Java, Indonesia
I want everyone in Indoesia have the luxury of reading. Watching the world from a book.

Tuesday, October 28, 2008

Uang dan Bahagia

Baru saja ditayangkan di Televisi. Seorang lelaki berumur 44 tahun menikahi seorang gadis (saya lebih suka menyebutnya anak), berumur 12 tahun. Nikah muda? Menikah kemudaan tepatnya. Dalih sang lelaki bahwa si gadis akan dijadikan ahli managemen yang akan memimpin kerajaan perusahaannya, diyakinkan dengan rumahnya yang dibuat seperti showroom dengan banyak mobil mewah. Meyakinkan.

Lalu berbondong-bondong orang mengecam si lelaki. Ada yang bilang dia paedophilia, ada pula yang mengatakan dia mengexploitasi. Si lelaki hanya santai menjawab, ya tanyakan saja dengan orangtua. Orang tua si gadis menyatakan, lelaki itu adalah lelaki yang tepat. Semua yang menjawab tentu saja, laki-laki. dan si gadis yang katanya diseleksi dengan seleksi yang ketat untuk menjadi istri muda tidak menampakan batang hidungnya. Mungkin masih gagap menyatakan pendapatnya. Tidak juga diperlihatkan ibu dari si gadis. Mungkin sang ibu pun tidak ingin menjelaskan apapun mengenai itu semua.

Uang bukanlah Tuhan. Seperti sebuah kalimat dari puisi di sudut surat kabar. Uang tidak bisa membeli kebahagiaan. Begitu kata gadis-gadis manis di sinetron televisi. Tapi kenyataannya, di media manapun. Kehidupan yang bahagia selalu dilukiskan dengan rumah mewah, mobil mewah, dan halaman yang luas. Hanya sekali kehidupan keluarga bahagia dilukiskan dalam hidup yang pas-pasan. Iya, di sinetron keluarga cemara. itu pun masih penuh penderitaan karena tidak punya uang. Keluarga lengkap tidak akan cukup kalau tidak ada uang. Itu pesan yang tersirat dimanapun.

Lalu ketika sekarang dimana-mana orang sudah berjalan-jalan menjinjing Blackberry dan Ipod di sakunya, kita baru meributkan kalau cinta tidak bisa ditukar dengan segepok uang dan materi.

Coba kita tanya pada gadis-gadis di gubuk-gubuk samping jalan tol. Maukah dia menikah dengan lelaki sesosok Tao Ming Tse yang kaya untuk kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya.

Uang bukanlah Tuhan. Tapi hari ini, uang adalah alat ukur resmi kebahagiaan.


No comments: