Dear...

As simple as You created this world.
As meangingful as full as the happines can be.
As Light as feather taken by winds.

Writer

My photo
Bandung, West Java, Indonesia
I want everyone in Indoesia have the luxury of reading. Watching the world from a book.

Monday, October 12, 2009

Dear. Miss Smile

I know, you are farrr (with 3 r) smarter then any of us. Far-far-far.

Tapi, kalo belom punya karya kayanya ga ush ngoceh ya. You don't even finish your school in what age? Okay... People can split anything on book they wrote-anytime-anywhere. If you don't like it, ga usah beli kali...

Ngingetin aja ya karena you are far-far smart. Buku tuh ada genrenya. Kalo mau buku yang berat coba baca buku2 kuliahan, dijamin berat. Tapi buku yang pengen lo baca n ga pernah diselesein itu ngga usah dijudge brain-shit donk. They doin good. At least the writter put 100percent commitment in what their do. Unlike you who event don't think an academic commited.

Awh, I'm shitting my brain on my blog. Ga boleh ya? Hahahha cheers!
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Tuesday, October 06, 2009

Dear. Former-Future-Family.

Saya belum bisa melihat apa yang salah dengan diri saya sampai hari ini. Belum bisa melihat apa yang menjadi kriteria kalian memilih saya. Lalu membuang saya ke tempat sampah seperti kardus kulkas kosong. Kehilangan kalian masih sangat menyakiti hati saya. Luka di hati saya masih sangat pedih. Sampai tiba-tiba salah satu dari kalian menebar fitnah(lagi).

Hey, bangun.

Saya sudah tidak ada di dalam lingkaran hidup kalian lagi. Maka, saya tidak melihat apa perlunya kalian menyakiti saya lagi. Saya tidak perduli lagi. Dulu saya kira semua yang kalian katakan tentang saya itu adalah masukan untuk saya. Tapiternyata yang kalian bilang itu memang semata hanya untuk menyakiti saya. Dan kali ini saya benar-benar muak. Apapun yang saya lakukan pada diri saya sekarang samaekali bukan urusan kalian atau siapa-siapa yang dekat dengan kalian. Dan saya sudah tidak merasa tertarik lagi berbicara dengan siapapun salahsatu dari kalian. Saya merasa sakit dan sekarang saya sadar, rasa sakit saya ternyata tidak perlu.

GO TO HELL. I DONT NEED YOUR SORRY. I WILL REMEMBER AND NOT FORGIVING.

Monday, October 05, 2009

Dear.Myself

Should it be so hurt-hurt?

Gimana caranya menyerah sama keaaan. Tidak lari ketika angin menerjang lagi. Saya tahu saya bisa, saya yakin saya mampu. Tapi kali ini saya benar2 tidak bisa kuat lagi. Saya ingin berhenti jadi kuat. Saya ingin bersembunyi. Diam di suatu tempat. Tertidur lama sekali hingga suatu saat bangun dan menyadari semua hanya mimpi.

Tolong!
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Dear.Life

Why should you be so unfair.

Kenapa saya tidak pernah diberi kesempatan memilih apa yang menurut saya baik. Haruskah selalu saya ada di bawah-menjadi balita setiap kali datang pilihan. Ketika kamu memilihkan semuanya yang menurutmu terbaik untuk saya.

Dan saya tidak ingin berkonfrontasi denganmu. Tidak pernah ingin. But you keep messing around with me. Please.

Tiap kali saya mengatur semua dalam susunan berurut tiap angka, tiap warna, kamu selalu menumpahkannya lagi mencampurnya lagi dan menyusunnya menurut aturanmu yang sungguh sangat acak. Sigh, lagi2 saya akui tiap kali. Lukisan itu semakin indah.

Huff... Tiap hisapan rokok kali ini semakin menyakitkan. Semakin banyak air mata yang turun.

Lagi, terakhir kali saya susun semua secara urut. Kamu campur lagi warnanya. Entah kenapa yang terakhir ini begitu rapi dan hati2 saya susun. Dan ketika kamu lagi-lagi menumpahkannya. Saya merasa sakit. Dan saya tidak tahu mau bilang apa pada siapa-siapa. Saya tidak pernah tau mau bilang apa pada siapa-siapa. Entah menyalahkan apa.

Kali ini saya tahu, lukisan yang kamu buat akan sangat-sangat indah.

Hingga nanti saya bisa melihat lagi tanpa terhalang airmata. Tolong buat lukisan itu sebaik-lebih baik dari yang pernah kamu kejutkan pada saya.

Sampai nanti saya bisa melihat lagi.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Friday, October 02, 2009

Dear.Future Me

Psikiater saya bilang saya masih dalam post-pain hurt. Ketika serious relationship saya memudar beberapa bulan yang lalu, saya hancur. Saya yang secara sadar memutuskan untuk berhenti. Saya juga yang menolak mentah opsi-opsi untuk kembali, melepaskan rekonsiliasi yang masih mungkin. Saat itu saya belum merasakan kehilangan. Lalu saat semua hilang seperti direnggut dari hati saya, saya baru merasakan pedih dan sakitnya.

Saya kehilangan pacar, sudah pasti. Tapi yang lebih menyakitkan dari itu semua adalah kehilangan keluarga. Papa yang dianggap kakek sendiri-karena dia udh tua yah. Kakak yang seperti saudara perempuan dan adik laki2 nakal yang accepting. Dan kehilangan mereka jauh lebih menyakitkan daripada putus cinta manapun yang pernah saya alami. Kehilangan keluarga.

Dan kini saya dihadapkan lagi untuk memulai kembali. Saya takut, dan saya tidak taju apakah saya akan melanjutkan langkah saya.

Ketika kamu sudah berhenti menjadi saya nanti, tolong ingatkan lagi betapa fragilenya kita. Dan betapa kuatnya kita juga.
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Thursday, October 01, 2009

Dear. It Girl.

Sungguh tidak ingin sekali saya membuang amarah, bertindak tidak bijak. Aku tidak ingin perlahan-lahan berubah menjadi kamu. Menumpahkan amarah hingga bercecer dimana-mana. menyakiti orang yang seharusnya tidak tersakiti. Melukai hati yang tidak perlu terluka.

Saya hanya ini bercerita tentang kamu, karena beberapa hari ini kamu senasib dengan Paris Hilton yang dibicarakan semua orang. Bedanya Pariz Hilton dibicarakan karena dia hobi party dan menenteng tas seharga 1 mobil di Indonesia. Kalau kamu kebalikannya, dibicarakan karena lidah kamu yang tajam, melukai banyak orang, dan terlalu banyak bicara sehingga membuat kamu terlihat bodoh dan annoying-sorry.

Kamu, di mata saya ngga lebih dari perempuan yang sering kamu hina-ejek-maki di tulisan-tulisan kamu. Kamu penulis luar biasa yang tulisannya seluarbiasa cara kamu bertutur-dalam ungkapan sarkas. Pernahkah kamu sedikit saja berpikir tentang orang lain yang bukan kamu? Yang butuh kenyamanan tanpa harus terus dihakimi dan diingatkan kalau kamu itu yang paling pintar-cantik-benar. Ataukah kamu begitu bangga dengan kenegatifanmu yang kamu kira menjadi aksesori paling menghibur dari tiap bagian dirimu. Kamu bangga dengan keburukkanmu dan memaksa orang disekitarmu untuk menerima dirimu apa adanya.

Padahal taukah kamu, dibelakang kamu banyak sekali mulut yang berbicara. Bukan hal-hal yang membuatmu terlihat baik, tapi semakin memburuk dan semakin membusuk. Bahkan orang yang kamu bilang sahabatpun berkoar-koar disitu membicarakan keburukanmu. Mungkin orang yang kamu anggap saudara itu, yang kamu anggap seperti panutan feminisme itu bilang, kamu hanya berwarna hitam putih. Satu lagi, bahkan kamu tidak tahu kan dia yang di hati kamu itu mendekati siapa saja di saat jauh dari kamu. How does it feel.

Saya tidak ingin bicara banyak, berkonfrontasi dengan kamu. Saya masih berusaha dengan sangat untuk memaafkan kamu. Iya, saya termasuk dalam barisan sakit hati itu. Yang kamu bilang terlalu perasa dengan tiap tulisan kamu. Yang kamu bilang juga palsu. Saya memang perasa dan saya tidak pernah merasa orisinil dari segi manapun. Tidak juga sepandai kamu, apalagi tentunya dalam membicarakan kekurangan dan keburukan orang lain. Tidak ada sesuatu dari dalam diri saya yang merasa lebih baik dari kamu. Saya dan kamu sama buruknya. Tapi saya sudah mendapatkan buah dari keburukan yang saya tanam.

Saya ingin memperingatkan kamu sebelum terlambat. Tapi sebagian besar diri saya menantikan saat kamu diremukkan oleh buah dari keburukan dirimu sendiri. Saya ingin tertawa keras-keras saat itu terjadi. Saat kamu terpaksa menjahit mulut kamu erat-erat. Dan orang-orang menolak kamu karena sakit hati yang mereka rasakan. Saat itu saya akan membeli cookies n cream oreo's di nanny pavilion dan tersenyum lebar. Menatap kamu dalam kehancuran. Hingga saat itu tiba, nikmati kotak pandora yang belum terbuka.


NB. Tolong kecilkan seditit volume suara kamu. Kamu tidak hidup di hutan, okay?!