Dear...

As simple as You created this world.
As meangingful as full as the happines can be.
As Light as feather taken by winds.

Writer

My photo
Bandung, West Java, Indonesia
I want everyone in Indoesia have the luxury of reading. Watching the world from a book.

Monday, September 28, 2009

Mail

A letter to email.

I've been sending a blog from email. And it feels good!
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Dear world.

World.

How is your day now?

Masihkah ada anak-anak yang lupa dijemput ibunya, karena ibunya terlalu sibuk bekerja. Masih adakah remaja-remaja yang kebingungan karea periodenya mundur bahkan tidak datang sama sekali. Atau banyakkah orang yang seperti saya, muak dengan attitude orang lain yang dianggapnya sungguh sangat membanggakan? Dunia maih terasa panas untuk saya, secara hati dan secara jiwa. entah kapan saya baru bisa berbahasa santun seperti Paulo Coelho. Saya masih suka sekali mengeluh, memprotes semua yang terjadi. Padahal, bukankah semua sudah direncanakan seperti yang paling baik dari yang terbaik?

Mengingatkan lagi bahwa ada orang di luar sana yang terbentur seperti bemper. Antara harga diri dan kebahagiaan keluarganya. Tidak seberuntung saya, yang bekerja, makan dan tidur dibumbui rasa nyaman. Mengingatkan lagi kalau saya masih punya telinga-telinga yang mau mendengar kesulitan saya dan membantu memecahkannya.

Terimakasih ya mataharinya hari ini. Cantik dan indah. Membakar dengan keanggunan yang semarak. Dan inin lagi berterimakasih, karena saya merasakan matahari yang cukup ramah dengan teh botol dingin. Saya sudah bahagia...

Saya harap kamu juga.

Tuesday, September 22, 2009

Flat

Saya tahu, hidup saya flat.

Flat, SD, SMP, SMA, sekolah sesuai jadwal-tepat waktu. Lulus kuliah dengan nilai baik. Bekerja dengan baik. Semuanya FLAT.

Tapi karena itu saya sendiri tumbuh menjadi seorang yang flat. Alapagi sekarang, setelah kehidupan cinta terakhir berakhir dengan menyesakkan. Saya terbiasa lagi menjadi orang yang flat. Datar. Expresi-perasaan-hati. Semua datar serba biasa. Banyak yang menyalahartikan semua sifat datar saya, semua yang serba simle diartikan berlapis-lapis. Saya sekarang hanya ining begini, ya artinya saya menikmati hidup saya sekarang.

Manusia boleh berencana, tapi kenyataannya semua penentuan ada di tangan Tuhan. Tidak pernah bisa diintervensi, diubah atau ditarik lagi. Saya menyadari hal itu , maka inilah sikap saya pada hidup. Flat.

Saya tidak ingin lagi menggebu-gebu, pamer expresi yang pada akhirnya menyakiti saya saja. lagi lagi lagi. Dalam datarnya sikap saya, saya menemukan banyak keikhlasan yang dulu saya hemat-hemat saya pelit-lepit karena ingin menjalaninya sesuai dengan rencana saya.

Saya ingin jatuh cinta karena, orang itu sanggup membuat saya tertawa. Menawarkan perasaan yang sederhana tanpa balutan kemahalan yang berlebihan. Saya ingin jatuh cinta dalam kesederhanaan perasaan penuh penerimaan dan ikhlas. Supaya saya bisa menjadi diri saya sendiri. Percaya lagi pada diri saya, bahwa saya bisa menjadi orangyang lebih baik setiap hari-apapun caranya bagaimanapun jalannya.

Saya ingin jatuh cinta, pada orang yang mencintai saya dalam wujud kesederhanaan saya yang datar ini.

Sunday, September 20, 2009

Dear morning sunlight.

Saya bukan manusia pecinta pagi, tapi cahaya pagi ini tidak seperti biasanya. Memeluk begitu hangat. Bahkan dalam piyama jelek tanpa makup, kamu tetap terasa sama. Hangat dan bersahabat.

Awalnya, saya benci pagi hari, udaranya begitu angkuh. Dingin menusuk, cahanya matahrinya pun tidak pernah terasa hangat. Bahkan keindahannya tidak pernah terlihat cemerlang hingga suatu hari tangisku beakhir di penghujung gelap. Oh ternyata kamu begitu indah. Di hari-hariku bersama segelas minuman pahit, kamu biasanya begitu kejam, tidak perduli. Berjuta kerlingan mata dicuripun kamu tampak tidak bergeming. Tapi kini setiap kedipan matamu sepertinya untukku saja. Matahari pagi hangat yang tidak henti menarik bibir untuk tersenyum.

Tiba-tiba saja setiap hariku menunggu kamu, matahari pagi. Setiap sinarnya memandang langsung ke dalam tembok hatiku.

Tidak perlu menutupi apapun, aku akan tetap bersinar apapun jadinya kamu.

Aku hanya mencintai kamu, pagi yang ternyata selalu indah apapun keadaannya. Mendung atau hujanpun. Pagiku akan selalu cemerlang, bersinar, memeluk sejuk. Tidak perlu lagi memeluk lutut, mematut diri di depan cermin. Matahari pagi akan selalu menggandeng tanganku melalui setiap detik. Setiap detiknya untuk selamanya.

Mi, so much happened lately.

Mi,
So much happened lately.

Di detik ketika semua susunan masa depan hancur. Hingga menemukan kembali identitas diri. Mencintai diri sendiri lebih dahulu.

Aku ingat dulu kamu selalu bilang : "Kamu tuh belum dewasa, belom boleh memutuskan semuanya sendiri.". Dan tiap kali kamu bilang gitu, aku menjawab ngambek-cemberut. Akhirnya aku mengerti itu semua. Baru beberapa waktu ini, aku baru mengerti. Apa artinya jadi diri sendiri ketika tahu rasanya terpaksa menjadi diri orang lain. Dan aku baru sadar arti mengambil keputusan ketika keutusan itu begitu menyakitkan-dulu aku tidak menyadari itu.

Mi, kita terlalu cepet ketemu. Terlalu cepet berpisah-yet banyak sekali yang aku pelajari dari kamu. Artinya tiap detail perhatian yang kecil, tiap detik tawa yang berharga. Dan tiap detik aku merasa kamu benar.

Lalu kemarin sempat lupa, sekitar waktu itu adalah waktu pertengkaran terakhir kita. Yang tiap bantingan pintunya masih terasa begitu dekat di telingaku. Yang tiap kata menyakitnkannya masih terngiang-ngiang jelas sekali. Masih menyesal belum meminta maaf, tapi aku yakin kamu kan pasti sudah memaafkan aku disana.

Satu lagi, kamu benar. Aku jatuh cinta lagi,lagi,lagi. Cinta itu ngga pernah bisa dikotak-kotakkan jadi pertama kedua ketiga. setiap kali jatuh rasanya berbeda. Tapi satu juga yang benar, setiap kali aku jatuh, aku semakin-makin percaya akan cinta. Kadang suka bertanya-tanya. Kalau aku ketemu kamu di umur aku yang segini, apakah aku akantetap jatuh cinta sama kamu. Atau kamu akankan sesayang itu padaku. Kita ngga akan pernah tau jawabannya.

Mi,
Terimakasih untuk selalu hidup dalam tiap kenangan, dan terus meyakinkan aku untuk jatuh cinta lagi lagi lagi.

Monday, September 07, 2009

Love letter

Dear,
Ingatkan dirimu dulu, bagaimana dulu setengah mati kamu membenciku. Mencibir di sudut mata, tenggelam di sudut ruangan ketika aku lewat. Terlalu complicated, kamu mahluk yang terlalu canggih untukku. Komplex yang kubenci-mahal. Perempuan yang tidak pernah ingin kuraih. Tidak pernah sedikitpun aku melihat cahaya terbit dari sudut itu. Lalu ingatkan lagi dengan dirimu yang lalu menangis tersedu-sedu sendirian. Tengah putus cinta dengan airmata di pipi. Yang ketika aku berusaha tersenyum, malah kamu menangis tersedu-sedu. Aku, laki-laki benci airmata.Tapi airmatamu yang membuat duniaku langusng jungir balik menggelepar. Saat itu, aku baru melihat kerlip yang indah.

Lalu, tiba-tiba kita menyanyikan lagu yang sama. Lalu semua komplikasi mendadak sirna. Kamu yang cemerlang terang dengan warna emas dan fuschia mengkilap, tiba2 berpendar menjadi hitam putih dengan deretan detail sederhana yang mudah kumengerti. yang kukira selalu glamour dan meledak-ledak di tiap jengkalya ternyata begitu sederhana dan tenang seperti bruelle caramell kesukaanmu.

Dan semua begitu mudah kucerna, begitu lembut dan manis untuk kujalani. Tidap detik tidak pernah sulit. Aku kira kamu punya mimpi untuk berlari di Paris dengan sekantung sepatu Chanel. Ternyata, aku menilai begitu jauh hingga kamu dan muka jutek datarmu bilang, kalau kamu hanya ingin membaca buku di sebuah teras bersamaku setiap sore nanti. Kukira kamu bercanda. Hingga setiap soreku habis menemanimu berkencan dengan buku-buku tebal itu yangberhasil membuat kantukmu menyala si pangkuanku. entah kamu sengaja atau tidak, tapi aku menikmati setiap detik yang berjalan hanya dengan melihat ekspresi bahagia wajahmu setiap menyelesaikan buku.

Lalu aku terbawa, terlalu aman dan nyaman. Aku mulai bosan dalam kesederhanaanmu. Aku bosan menemanimu di teras setiap hari. Aku bosan-hingga lupa, dalam setiap tahun yang berjalan. Mengira kamu tidak berubah dan menungguku selalu disitu. Mengira aku bisa sesekali berubah rasa dari merah ke biu lalu menjelajah negeri hijau tua sesuka hatiku. Toh, kamu selalu ada. KAmu kan selalu disana-janjimu takkan kau tamatkan ceritamu tanpa aku. Tanpa kusadari akulah yang lama-lama membuatmu padam. Awalnya begitu terang, lalu sedikit meredup dan hilang samasekali. Bodohnya akubaru menyadari semuanya sudah hilang ketika apinya padam. Kamu pergi, pulang kepada kebahagiaan tanpa akhir. dengan bertanya-tanya apa yang kamu inginkan.

Dalam amarah dan berontak aku bertanya-tanya. Apa yang kamu inginkan. Dalam penasaranku, aku berusaha membentuk sejuta dirimu dalam perempuan lain yang kukiara akan sesederhana dirimu. Dan lagi-lagi aku terkejut. Ternyata dalam kesederhanaanmu, kamu adalah identitas yang pelik, komplex bahkan aku mungkin tidak mungkin menciptakan sederhana dalam hiduplu sendiri.

Dan ini, adalah suratku yang kuterbangkan bersama angin. KUttupkan riduku bersama bintang-bintang di atas teras tempat kamu selalu tertidur. BErharap suatu hari kamu akan tertidur lagi di pangkuanku. Sesalku melewatkan kesederhanaanmu, akan kubuang jauh karena aku tahu kamu selalu mencintaiku untuk diriku, yang selalu kamu katakan tiap malam di tahun tahun pernikahan kita. Apapun yang aku lalkukan, kamu yang mmenerima bahagia beserta nilai di dalamnya.

Hari ini, dadaku berdegup kencang. Aku merindukanmu disaat aku terbelit dalam realita yang membingungkan. Aku membutuhkanmu untuk lagi-lagi menerangkan konsep sederhana. Aku laki-laki dan kini aku menangis merindukanmu.

Jika aku bisa mengulang lagi. Aku tidak keberatan mengulang setiap hari. Walau dalam tiap hari kamu akan melupakan keberadaanku saat kamu bangun. Jika setiap hari yang kamu lakukan hanya tersenyum kosong, memandang langit tanpa expresi.

In pain, You show your bless.

Dalam keheningan subuh yang kelabu, Kau ungkapkan rahasia yang kau tulis dalam-dalam di hatiku diam-diam. Aku tahu dengan pasti(akhirnya);

"Kau pencipta akhir yang bahagia, bila akhirnya tidak bahagia, maka pastikan itu bukan akhir".

Jika dalam diam dan seturut, aku bisa menjadi saluran berkat dan inspirasi. Ajar aku, Tuhan untuk bisa diam tanpa mempertanyakan dengan galak apa rencanamu. Ajari aku untuk menerima dan pasrah, bahwa definisi bahagiaku bukanlah bahagiaMu. Ajar aku bahwa kehilangan adalah proses menuju kesempurnaan pemilikan. Ajar aku bahwa dengan memberikan kebahagiaan, maka Kau sendirilah yang akan memberikan bahagiaku milikku.

Taklukan hatiku, agar aku mau tunduk. Agarku lariku henti, dan aku berjalan tenang. membiarkan bayangan hitam menyelubungiku-meraihku untuk memecah seluruh tubuhku. Yakinkan hatiku, bahwa kau akan membentuk identitasku kembali dalam tiap titiknya.

Sadarkan diriku, Tuhan. Aku tidak memiliki apa-apa untuk dipertahankan. Dan tidak akan membawa apapun nanti. Ajarkan diri untuk rela, menerima sakit sebagai bagian dari proses untuk melengkapi diriku. Sebagai proses berkembang terbaik-hadiah dari-Mu. Buang rasa lelah yang lama kelamaan menyakiti bukan hanya diriku, tapi orang lain yang menyayangiku. Beriku extra sabar untuk menghadapi apa yang selama ini melelahkanku. Mengetahui kalau kelelahanku tidak akan mengalahkanku untuk menyambung tiap mili kebahagiaan dari Mu. bahkan ketika nanti kuremuk-bahkan ketikaku nanti hilang.

Beri terus kekuatan agar sampai akhir nanti, tembok ini akan kuat untuk terus melukis senyum di wajah mereka-orang orang yang aku cintai.

Jadikan aku kanvasmu untuk melukis indah dan setiamu hingga saatnya nanti aku harus pulang menuju kebahagiaan yang selamanya.

Amin.