Dear...

As simple as You created this world.
As meangingful as full as the happines can be.
As Light as feather taken by winds.

Writer

My photo
Bandung, West Java, Indonesia
I want everyone in Indoesia have the luxury of reading. Watching the world from a book.

Saturday, February 25, 2006

Duri dalam daging

"The Cruelest thing that boys did to a girl is to let her fall in love
but didnt catch her fall..."

Tiba-tiba aja cita-cita yang dari umur 14 tahun dimimpiin hilang sirna gara-gara komentar seseorang yang bikin hati ini putus harapan. kadang orang ngga nyadar kalo kata-kata yang dia bilang ke seseorang tuh bisa berarti besar ke dalam hidup seseorang.

" Kamu ngga cocok."

" Bidang ini bukan bidang kamu."

" Kamu tidak bisa meneruskan ini lagi."

Apa orang-orang itu ngga sadar bahwa keta-kata itu bisa bikin seseorang jatuh ke dalam pergumulan yang berat mengenai jalan hidupnya. Kenapa sih di tahun 2006 ini masih aja ada orang menilai seseorang dari kekurangannya bukannya sebaliknya dari kelebihannya. bukannya duri dalam daging itu bikin orang semakin megah? dan bukannya duri dalam daging itu yang bikin orang maju?

Mozart di dalam kesepian pendengarannya aja bisa bikin symphony "Paradise" quartet yang ngga semua orang bisa menin. Dan guru yang dulu nolak Albert Einstein pasti nyesel abis, karena ternyata Albert Einstein yang ngga jago matematika itu ternyata seorang jenius Fisika yang bikin Teori Relativitas (teori Dewa Super Fisika). Hellen Keller yang bisu buta tuli, ternyata bisa jadi sarjana tepat waktu dan bisa jadi guru untuk orang-orang di sekitarnya. dan percaya deh, semua itu ngga terjadi dalam 1 jentikan jari. Mozart jadi Maestro karena Ayahnya mengajarkannya main piano sejak umur 3 Tahun dan dia menjadi arranger di umur 9 Tahun. Albert Einstein ngga akan jadi Ahli kalo ibunya yang penuh kasih ngga ngajarin dia Matematika di rumahnya ketika semua guru menolaknya. Dan Hellen Keller pasti ngga akan kita tau kalo pada waktu itu, ibunya hanya membiarkannya dengan rasa kecewa. See... semua tuh punya jalan masing-masing. ngga perlu bakat berlimpah atau komentar "bagus" dari orang-orang.
Tapi berawal dari keinginan dan usaha. Management yang baik dan doa.

( I never try to greatfull myself... soalnya di dalam hati yang paling dalam pun semua mahluk terbesar dan terkecil tahu kalo semua milik kita ini Tuhan yang kasih...)

I try twice harder to be force my self to be average.

Hanya beberapa orang di dunai ini yang berusaha hanya untuk jadi "setara". setara dengan orang-orang, setara dengan lingkunannya. Mozart di dalam ketuliannya dia tetap bisa menyajikan musik surga, untuk itu dia memaksakan dirinya untuk mengingat semua nada piano yang ngga mungkin bisa dia denger. mencoba untuk mengetahui dengan benar untuk satu symphony indah. Helen keller mencoba berkali-kali untuk membaca ketika seluruh dunianya mulai menjadi gelap, dan telinganya mulai sepi. Dont you ever see that? Liat hasilnya, betapa baik dan indah. prosesnya pun ngga mungkin bisa bikin ragu.

Kenapa seorang KAMU ngga belajar melihat seorang AKU dari sudut pandang itu.
Kenapa seorang KAMU ngga melihat angka 3,76 yang ternyata milik seorang AKU.
Kenapa seorang KAMU ngga melihat proses yang seorang AKU kerjakan dalam mencapai itu semua.
Kenapa seorang KAMU yang lebih senior dan lebih berilmu ngga melihat seorang AKU yang berusaha 2 kali lebih keras dari yang lainnya untuk hanya menjadi seseorang yang "terlihat" dan "setara".
Kenapa ngga seorang KAMU lakukan sebelum meluncurkan kata-kata "kamu ngga bisa" kepada seorang AKU.

Kalo seorang kamu bisa menempatkan diri di posisi seorang aku yang "disorder", yang "sakit", dan yang "ngga mungkin bisa". dan cobalah untuk memiliki standar nilai yang seorang KAMU tetapkan untuk seorang AKU. ketika kamu menjadi seorang AKU, pasti seorang KAMU akan mengerti. Betapa tekanan untuk melawan ke"disorder"an sangatlah berat. ketika kesakitan itu mulai menjalar di seluruh bagian kepala, punggung, dan rasa gatal itu mulai menyerang tiap ujung syaraf yang ada. Rasakanlah kenikmatan melihat darah mengalir dari ujung nadi. Ujung nadi seorang AKU, dan ujung nadi seorang KAMU. Godaan dari rasa sakit itu, untuk menyakiti orang lain, untuk menghilang dari dunia, untuk menjelaskah hal yang tidak kamu ketahui, dan untuk menjadi orang lain. Dan ketika seorang KAMU bisa menyadari betapa beratnya hal yang seorang AKU rasakan, mungkin seorang kamu akan belajar untuk mengatur kata-kata yang kamu keluarkan dari lidahmu yang berbisa. sengatan kata "sakit", "shizo", "test","obat","analisa". itu sangat menyakitkan.

Seorang AKU ngga akan pernah meminta seorang KAMU untuk merasakan betapa berat dan sulitnya hidup. karena seorang AKU tahu seorang KAMU ngga akan pernah bisa.

Seorang AKU hanya meminta seorang KAMU untuk menjaga lidah itu agar tidak menyengat seorang AKU.
HANYA ITU...

Atau pada saatnya, seorang AKU akan memotong lidah itu dan menikmati setiap percikan darah yang keluar, setiap jeritan yang terdengar, dan setiap permintaan maaf yang ada dari seorang KAMU.


tapi itu sudah terlambat, seorang AKU akan menunjukan seberapa sakit dan "ngga bisa"nya seorang aku.