Dear...

As simple as You created this world.
As meangingful as full as the happines can be.
As Light as feather taken by winds.

Writer

My photo
Bandung, West Java, Indonesia
I want everyone in Indoesia have the luxury of reading. Watching the world from a book.

Thursday, October 01, 2009

Dear. It Girl.

Sungguh tidak ingin sekali saya membuang amarah, bertindak tidak bijak. Aku tidak ingin perlahan-lahan berubah menjadi kamu. Menumpahkan amarah hingga bercecer dimana-mana. menyakiti orang yang seharusnya tidak tersakiti. Melukai hati yang tidak perlu terluka.

Saya hanya ini bercerita tentang kamu, karena beberapa hari ini kamu senasib dengan Paris Hilton yang dibicarakan semua orang. Bedanya Pariz Hilton dibicarakan karena dia hobi party dan menenteng tas seharga 1 mobil di Indonesia. Kalau kamu kebalikannya, dibicarakan karena lidah kamu yang tajam, melukai banyak orang, dan terlalu banyak bicara sehingga membuat kamu terlihat bodoh dan annoying-sorry.

Kamu, di mata saya ngga lebih dari perempuan yang sering kamu hina-ejek-maki di tulisan-tulisan kamu. Kamu penulis luar biasa yang tulisannya seluarbiasa cara kamu bertutur-dalam ungkapan sarkas. Pernahkah kamu sedikit saja berpikir tentang orang lain yang bukan kamu? Yang butuh kenyamanan tanpa harus terus dihakimi dan diingatkan kalau kamu itu yang paling pintar-cantik-benar. Ataukah kamu begitu bangga dengan kenegatifanmu yang kamu kira menjadi aksesori paling menghibur dari tiap bagian dirimu. Kamu bangga dengan keburukkanmu dan memaksa orang disekitarmu untuk menerima dirimu apa adanya.

Padahal taukah kamu, dibelakang kamu banyak sekali mulut yang berbicara. Bukan hal-hal yang membuatmu terlihat baik, tapi semakin memburuk dan semakin membusuk. Bahkan orang yang kamu bilang sahabatpun berkoar-koar disitu membicarakan keburukanmu. Mungkin orang yang kamu anggap saudara itu, yang kamu anggap seperti panutan feminisme itu bilang, kamu hanya berwarna hitam putih. Satu lagi, bahkan kamu tidak tahu kan dia yang di hati kamu itu mendekati siapa saja di saat jauh dari kamu. How does it feel.

Saya tidak ingin bicara banyak, berkonfrontasi dengan kamu. Saya masih berusaha dengan sangat untuk memaafkan kamu. Iya, saya termasuk dalam barisan sakit hati itu. Yang kamu bilang terlalu perasa dengan tiap tulisan kamu. Yang kamu bilang juga palsu. Saya memang perasa dan saya tidak pernah merasa orisinil dari segi manapun. Tidak juga sepandai kamu, apalagi tentunya dalam membicarakan kekurangan dan keburukan orang lain. Tidak ada sesuatu dari dalam diri saya yang merasa lebih baik dari kamu. Saya dan kamu sama buruknya. Tapi saya sudah mendapatkan buah dari keburukan yang saya tanam.

Saya ingin memperingatkan kamu sebelum terlambat. Tapi sebagian besar diri saya menantikan saat kamu diremukkan oleh buah dari keburukan dirimu sendiri. Saya ingin tertawa keras-keras saat itu terjadi. Saat kamu terpaksa menjahit mulut kamu erat-erat. Dan orang-orang menolak kamu karena sakit hati yang mereka rasakan. Saat itu saya akan membeli cookies n cream oreo's di nanny pavilion dan tersenyum lebar. Menatap kamu dalam kehancuran. Hingga saat itu tiba, nikmati kotak pandora yang belum terbuka.


NB. Tolong kecilkan seditit volume suara kamu. Kamu tidak hidup di hutan, okay?!

No comments: