Dear...

As simple as You created this world.
As meangingful as full as the happines can be.
As Light as feather taken by winds.

Writer

My photo
Bandung, West Java, Indonesia
I want everyone in Indoesia have the luxury of reading. Watching the world from a book.

Saturday, October 11, 2008

I treasure things that I cannot buy with money.

Kenyataan berkali-kali mengajarkan pada saya, kalau banyak hal di dunia ini yang tidak pernah bisa saya beli dengan uang. Walau saya mengangap uang adalah kebahagiaan, karena realitynya kita perlu uang untuk membeli apa yang kita inginkan. Tapi uang bukanlah Tuhan untuk saya.

Jujur, saya sangat menghargai hal-hal yang tidak bisa disentuh oleh uang. Seperti, kepercayaan, respect, dan rasa hormat. Beberapa hari yang lalu, ayah saya memarahi saya karena saya meminjamkan buku usang yang dia dapatkan entah dari siapa ke seorang yang dekat dengan saya. Saya berkali-kali bilang, saya percaya orang dekat saya akan mengembalikan buku itu aman dan terjamin. Karena ayah saya selalu mengizinkan saya meminjam buku miliknya.

"Beda, Ka. Kalo papah minjemin ke kamu karena memang papah percaya sm kamu. Karena kamu bukan orang lain."

saya menyanggah.

"Buat aku kan dia bukan orang lain."

"TApi buat papah dia orang lain yang belom bisa papah percaya."

Saya tidak bisa menjawab lagi karena di point itu, saya mengerti saya salah. Ayah saya sudah mempercayakan buku untuk dijaga, lalu saya meminjamkannya pada orang yang menurut ayah saya orang lain. Saya melalaikan kepercayaannya. Lalu kondisi berubah, ternyata orang dekat yang saya pinjamkan buku ayah saya, meminjamkan buku itu ke orang lain-orang yang dekat dengan dia tapi orang lain untuk saya. Dan barulah saya merasakan, apa yang ayah saya rasakan. Menghargai kepercayaan orang lain terdengar simple, tapi melaksanakannya tidak sepraktis yang saya kira.

Jadi saya minta maaf pada orang yang tadi pagi kena omelan saya. Karena saya dan keluarga saya menghargai hal-hal yang tidak bisa kami beli dengan uang, yang tidak bisa kami perbaiki dengan uang. Itu alasannya, mengapa saya tidak suka sembunyi2 dari orangtua saya. Karena saya yakin, seburuk2nya rupa kebenaran itu, keluarga saya sudah terbiasa menerima wujud kebenaran yang buruk itu bukan dengan amarah tapi dengan pengertian. KArena itu, saya memilih untuk tidak berbohong pada mereka.

No comments: