Dear...

As simple as You created this world.
As meangingful as full as the happines can be.
As Light as feather taken by winds.

Writer

My photo
Bandung, West Java, Indonesia
I want everyone in Indoesia have the luxury of reading. Watching the world from a book.

Wednesday, January 07, 2009

Humor

Di abad 14, kita mengenal Jeanne d'Orleans. Seorang gadis belia yang memimpin perang di Perancis di umurnya yang belum genap 19 Tahun. Berhasil menaklukan Orleans dari penjajahan Inggris saat itu. Menaklukan Orleans, atas nama Tuhan.

Kali ini, di Televisi saya melihat. Orang berlomba-lomba menjadi sukarelawan perang untuk membebaskan Palestina. Ratusan orang, dengan semangat keagamaan yang menggebu. Menaklukan Israel, atas nama Tuhan.

Jeanne menyerang Orleans tanpa basa-basi strategi ataupun senjata. Hingga Lord Talbot dengan gemas bertanya.
"Apa yang akan menghentikan serangan Inggris nanti?"

Jeanne menjawab.
"Tuhan."

Serasa de javu, di televisi pun ratusan orang itu menjawab hal yang sama ketika ditanya.
"Apa yang akan membuat kalian bertahan tanpa senjata dan makanan di sana?"

Jawabnya,
"Tuhan."

Dan kebanyakan perjuangan atas nama agama akhirnya malah membuat sebuah keyakinan atau agama menuai pertanyaan dari orang-orang di sekitarnya. Pertanyaan besar untuk Jeanne. Pertanyaan juga untuk kita yang ingin sekali ikut sukarela menjadi pahlawan perang Palestina. Apa yang membuat kamu yakin, kalau kita ada di sisi Tuhan. Joanne dengan lantang bilang kalau Perancis bukanlah milik Raja tapi milik Tuhan. Faktanya, mayoritas dari kita percaya kalau bumi dan isinya ini adalah milik Tuhan (or whatever It called). Harusnya Tuhan bisa membuat apapun kehendaknya terjadi. LAlu atas kepercayaan kita pada Tuhan itu, mengapa kita memilih untuk percaya pada kemungkinan bahwa Tuhan membutuhkan dan even meminta kita untuk berjuang atas namanya. Pertanyaan yang belum pernah saya temukan jawabannya.

Saya tertawa dan saya ingat sebuah kalimat dari Voltaire. God is a comedian to an audience too afraid to laugh. Apakah ini merupakan wujud dari sisi Humor Tuhan yang tingkat humoritasnya hanya bisa dimengerti orang yang berpikir seperti Dia. Perang yang membuat ita menggelengkan kepala, memperebutkan wilayah yang tidak akan pernah dimiliki. Milik Tuhan. Dan kita tidak juga menyadari hal konyol itu. Apakah kita hidup dalam selera Humor Tuhan yang Maha Pencipta Segala itu.

Kita tidak pernah akan tahu.

Dia si Maha Misterius itu memang bukan zat yang bisa diturunkan dalam teori atau sebuah perhitungan pasti sebuah pangkat f. Tapi yang logis dan pasti adalah anak-anak korban perang butuh makanan dan patut ditolong. Yang logis adalah korban bencana di Papua butuh pertolongan juga. Disana kita seharusnya menolong atas nama Tuhan. Bukan untuk berperan serta pada selera humor tingkat Tuhan yang populer kita sebut perang.

No comments: