Dear...

As simple as You created this world.
As meangingful as full as the happines can be.
As Light as feather taken by winds.

Writer

My photo
Bandung, West Java, Indonesia
I want everyone in Indoesia have the luxury of reading. Watching the world from a book.

Saturday, July 28, 2007

W-T-F!

Oh My God!

Rencana gue hari ini teracak-acak secara tiba-tiba karena gue ngga sengaja menyeremper seorang ibu-ibu.

OKAY! Gue memang salah, terlalu mepet ama si ibu-ibu ini... dan menyebabkan si ibu ibu ini jatuh. Tapi yah buka berarti ibu-ibu itu berhak berkelakuan nyebelin dan morotin gue.

*SIGH*

Awalnya gue nawarin nganter dia ke rumah sakit (sebagai calon perawat handal gue caring banget). dia ngga mau, dan dia minta diminta ke Cimahi. lalu gue dengan lapang dada dan besar hati mengantarkan dia ke Cimahi yang jauhnya minta ampun. Trus, gue anter deh. tapi entah kenapa gue ngga ngerasa di ibu-ibu ini keserempet ama gue. dia cuman kaget. tapi ibu-ibu ini ternyata menganut sindrom hiperbola.

selama di perjalanan dia ngga berhenti mengeluh "Aduh Sakit", "Setengah badan saya ngga bisa digerakkan", dan "Saya udah ngga bisa apa-apa lagi". Dan gue ngga berhenti menjawab "Ayuk ke rumah sakit aja, bu". Tapi anehnya si ibu itu ngga mau gue anter ke rumah sakit.

Setelah sampai di tempat yang dituju, ternyata setelah diperiksa dia hanya keseleo aja. dan keluarga si ibu-ibu itu pun memanggil tukang urut. di situ pun gue masih menawarkan "Ayuk kita ke rumah sakit aja...". Sebagai wujud itikad baik gue, dan gue siap kok menanggung biaya pengobatan dia juga. Gue memang salah.

Tapi tampaknya, anak-anaknya lebih niat manggil tukang urut. so, gue ngga ada masalah dengan itu. Si ibu-ibu itu terus-terusan mengaduh kesakitan, tapi anak-anaknya menganggap si ibu hanya keseleo, jadi mereka ngga mengaggap ke rumah sakit itu penting.

Setelah memastikan semua baik-baik saja. Gue bermaksud pamit pulang.Tapi ada kejadian di waktu pamit yang bikin gue jadi nyesel nolongin dia. ini adalah secuplik obrolan antara gue dan di ibu-ibu.

"Ibu, saya pamit pulang ya. Saya udah ninggalin alamat saya dan no telepon saya kalo ada-apa apa...."
"Iya, ini kan udah selesai. Kok kamu ngga ninggalin uang?"

....
...
..
.

What tha F...

Sejak kapan uang jadi cara penyelesaian setelah gue mengantar dia jauh jauh ke cimahi. Daripada gue nganter dia ke cimahi, gue lebih ikhlas kalo gue nganter dia ke rumah sakit. walo gue harus bayar lebih mahal.

Seketika itu juga keluarga si ibu tampak salting ke gue. Gue ngga suka kelakuan si ibu-ibu dan akhirnya mengeluarkan kalimat tanya yang kurang sopan

"Oh, Berapa Banyak uang yang harus saya kasih?"

Maksud gue, apa ngga malu keluarganya si ibu itu. padahal si ibu itu udah ngga apa-apa dan everybody know that fact. Lalu keluarga si ibu itu bubar jalan karena merasa tidak eak sama gue, apalagu gue dan keluarga mereka berasal dari suku yang sama dan dalam adat kebiasaan keluarga gue, sikap yang ditunjukan si ibu selain mengesalkan dan memalukan, juga artinya menunjukkan bahwa anak-anaknya ngga bisa diandalkan.

Secepak kilat gue kasih sejumlah uang yang gue yakin jumlahnya "Banyak Banget" untuk keluarga si ibu itu. dan gue segera pergi.

Gue ngga bermaksud ngga sopan ya, buat gue uang yang gue kasih ngga ada apa-apanya dibanding janji-janji gue hari ini yang harus gue batalin untuk nganter si ibu itu ke Cimahi yang jauh.Harusnya tadi gue bayari aja taxi ke cimahi yang gue yakin jumlahnya jauh lebih sedikit dari uang yang gue kasih ke si ibu itu. atau harusnya gue nelepon bokap gue yang berreputasi GALAK dan DISEGANI. untuk menyelesaikan masalah kaya gini.

Jujur, Gue ngerasa dirampok.

ANJING!

No comments: