Dear morning sunlight.
Saya bukan manusia pecinta pagi, tapi cahaya pagi ini tidak seperti biasanya. Memeluk begitu hangat. Bahkan dalam piyama jelek tanpa makup, kamu tetap terasa sama. Hangat dan bersahabat.
Awalnya, saya benci pagi hari, udaranya begitu angkuh. Dingin menusuk, cahanya matahrinya pun tidak pernah terasa hangat. Bahkan keindahannya tidak pernah terlihat cemerlang hingga suatu hari tangisku beakhir di penghujung gelap. Oh ternyata kamu begitu indah. Di hari-hariku bersama segelas minuman pahit, kamu biasanya begitu kejam, tidak perduli. Berjuta kerlingan mata dicuripun kamu tampak tidak bergeming. Tapi kini setiap kedipan matamu sepertinya untukku saja. Matahari pagi hangat yang tidak henti menarik bibir untuk tersenyum.
Tiba-tiba saja setiap hariku menunggu kamu, matahari pagi. Setiap sinarnya memandang langsung ke dalam tembok hatiku.
Tidak perlu menutupi apapun, aku akan tetap bersinar apapun jadinya kamu.
Aku hanya mencintai kamu, pagi yang ternyata selalu indah apapun keadaannya. Mendung atau hujanpun. Pagiku akan selalu cemerlang, bersinar, memeluk sejuk. Tidak perlu lagi memeluk lutut, mematut diri di depan cermin. Matahari pagi akan selalu menggandeng tanganku melalui setiap detik. Setiap detiknya untuk selamanya.
No comments:
Post a Comment