Saya akhirnya tahu, Dia tidak diam.
Selama ini saya selalu menuntut, mencari.
Mencari Dia si Mahasegala dengan penuh amarah dan kesal.
Pernah sekali-kali saya berseru keras-keras padanya,
Hei, Kamu. Apakah Kamu buta melihat rasa hati saya yang lama-kelamaan menjadi tawar karena terlalu banyak terluka. Apakah Kamu tidak menjalankan prinsip keseimbanganMu padaku. Aku yang setitik ini, mengapa dengan mudah Kamu lupakan.
Ternyata selama ini saya salah menilai. Dia berkali-kali menjawab, Nanti dulu.
Tapi tidak saya gubris, tidak saya dengarkan. Saya langusng menyimpulkan, Dia melupakan saya. Padahal seperti seorang Ayah yang sayang kepada anaknya, itu yang dia lakukan. Seperti menyuruh anaknya sabar menunggu segelas susu untuk mendingin sebelum dia minum, walau si anak tetap berkeras ingin susu, walau si ayah memintanya bersabar. Pada akhirnya si Anak pun mendapatkan segelas susu kesukaannya dan meminumnya dengan tenang.
Saya tahu-bahkan sudah lama tahu, kalau Kamu tidak diam. Kamu berkali-kali bertindak. Saya yang lupa berterimakasih.
Thank you dear God....
No comments:
Post a Comment