Dia yang bukan "dia"
Akhirnya di akhir pertemuan itu aku menyerah juga.
menyerah untuk akhirnya menangis dan megakui bahwa dia bukan "dia"
Dia mewakili dirinya dan bukan "dia" yang kurindukan.
Dia yang walaupun bukan"dia" telah membiusku.
Tatapan matanya sama tapi artinya tidak berarti sama...
Kata-katanya bernada sama tapi tidak pernah sama.
Dia... bukan "dia"
aku menyadarinya.
bolehkah aku menyukainya, dengan ringan tanpa harus menginginkan"dia" didalam dirinya?
No comments:
Post a Comment